Jumat, 23 November 2007

CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)

Tugas Isu-Isu Kontemporer SDM

CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)

Latar Belakang

Dalam era globalisasi sekarang ini pandangan dan pemahaman individu maupun masyarakat akan bisnis, mengalami perluasan makna. Bisnis bukan lagi menjadi sesuatu yang menguntungkan perusahaan saja, akan tetapi telah menjadi kebutuhan akan keuntungan bersama masyarakat luas. Perusahaan bukan lagi mencari keuntungan yang besar, dengan mengeksploitasi lingkungan sekitar, akan ettapi memiliki tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan social disekitar bisnis perusahaan itu berada. Pada sekarang ini dalam menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan ketebukaan pasar, perusahaan harus secara serius memperhatikan CSR (Corporate Social Respnbility). Konsep dan strategi CSR ini telah menjadi isu yang menarik dalam dunia bisnis sekarang ini.

Keberadaan perusahaan dengan hanya taat kepada peraturan perundang-undangan belum cukup untuk melindungi perusahaan dari berbagai risiko tuntutan hukum, kehilangan partner bisnis maupun risiko terhadap citra perusahaan (brand risk). Tekanan secara nasional dan internasional sedang dan terus akan berlanjut untuk mempengaruhi perilaku bisnis. Tekanan ini datang antara lain dari para pemegang saham yang sadar akan CSR, Lembaga Swadaya Masyarakat, partner-partner bisnis (terutama dari negara yang komuniti bisnisnya peka terhadap CSR) dan advokat yang memperjuangkan kepentingan publik (public interest lawyers). Dengan melihat hal tersebut kebutuhan untuk melakukan dan menjalankan strategi CSR sangat diperlukan oleh perusahaan, dalam menanamkan keuntungan secara bersama-sama dan mendatangkan keberlanjutan perusahaan itu sendiri.

CSR menjadi topic yang menarik dalam dunia bisnis global. Untuk itu jika perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak mampu untuk melihat dan melakukan hal tersebut, lalu bagaimana bentuk kompetisi Indonesia dipasar global? Lalu bagaimana keberlangsungan perusahaan-perusahaan tersebut. CSR dalam perkembangannya memiliki nilai-nilai moral yang tinggi. Suatu tanggungjawab dengan tidak menghilangkan core bisnis. CSR adalah suatu bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap social yang membantu menyelesaikan persoalan dan permasalahan dalam masyrakat.

Definisi Corporate Social Responbility (CSR)

Terdapat sejumlah definisi tentang CSR seperti yang dikutip dari beberapa sumber :

· Menurut Post dan Weber (1999:58), CSR berarti gagasan berupa tanggungjawab suatu bisnis terhadap setiap dampak tindakan-tindakannya dan memandang hasil keuntungan perusahaan secara social sebanding dengan hasil keuntungan ekonomi

· Menurut World Business Council Sustainable Development, CSR adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan seraya meningkatkan kualitas karyawan dan keluarganya, komunitas local dan masyarakat luas (Hasibuan & Sedyono, 2001:20)

· CSR adalah tanggungjawab moral perusahaan baik terhadap karayawan diperusahaan itu sendiri maupun diluar lingkungan perusahaan yaitu masyarakat disekitar perusahaan (Tjoger dkk, 2003:144)

· Menurut Commission of The European Communities, CSR adalah suatu konsep dimana perusahaan menyatu dengan social dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan stakeholder dengan suatu dasar kerelaan.

· Wineberg dan Rudolph memberi definisi CSR: “The contribution that a company makes in society through its core business activities, its social investment and philanthropy programs, and its engagement in public policy”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CSR merupakan tanggung jawab moral perusahaan untuk berperilaku etis baik terhadap internal perusahaan (karyawan dan lainnya), komunitas local, maupun masyarakat luas.

Pandangan Tentang CSR

Terdapat 2 pandangan mengenai CSR, yakni pandangan klasik dan pandangan social ekonomi.

1. Pandangan Klasik

Menurut Milton Friedman bahwa hanya ada satu tanggung jawab social dalam bisnis, yakni menggunakan sumber daya dan terlibat dalam aktivitas untuk meningkatkan keuntungan sepanjang hal itu sesuai dengan aturan permainan persaingan terbuka dan bebas tanpa tekanan datau ketakutan (Cannon:1998). Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Robbuns (1999), yang menyatakan bahwa pemakaian sumber-sumber daya untuk kebaikkan social dapat merugikan perusahaan. Robbins melihat dari sisi ekonomi mikro, dimana biaya yang dikeluarkan untuk kebaikkan (social) dibebankan kepada konsumen, dan jika perusahaan yang menaggulanginya, maka perusahaan akan mengalami rendahnya laju keuntungan perusahaan. Pada pandangan ini lebih ditekankan untuk CSR diberlakukan bagi lingkungan internal (pemegang saham, karyawan , dan lainnya) perusahaan dalam pencapaian keuntungan yang besar.

2. Pandangan Sosial Ekonomi

Seiring dengan perubahan waktu, maka harapan masyarakat terhadap bisnis pun mengalami perubahan. Perusahaan bukan saja hanya bertanggung jawab terhadap Shareholders, namun juga memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat yang lebih luas untuk keberlangsungan hidp perusahaan, karena dengan begitu maka perusahaan dapat beroperasi dalam jangka yang panjang (Robins:1999). Pandangan social ekonomi melihat kekurangan dari pandangan klasik, adalah kurang melihatnya keberlangsungan jangka panjang perusahaan. Dalam hal ini perlu dilihatnya memaksimalkan laba jangka panjang, untuk itu perusahaan perlu melibatkan diri secara aktif dalam memperbaiki masyarakat disekitarnya, misalnya pemberian sumbangan amal pada organisasi-organisasi yang ada.

Hal in pun pernah dikatakan oleh Drucker (1982) yang mendukung pentingnya tanggung jawab social perusahaan. Ia mengatakan bahwa “tuntutan untuk tanggungjawab social merupakan harga sukses”

Selain dari ke-2 pandangan diatas, juga bermunculan berbagai argument lainnya yang mendukung keberadaan CSR, seperti :

· Perusahaan perlu untuk melakukan konsep tanggungjawab social karena keberadaannya ditengah-tengah masyarakat (Budiman:2003)

· Organisasi bisnis pada umumnya, maupun para pemimpin perusahaan merupakan anggota masyarakat, yang juga memiliki kewajiban tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam kaitan dengan perusahaan, maka perusahaan mempunyai tanggungjawab dan kewajiban social-moral kepada masyarakat karena akan mendukung dalam pengoperasian perusahaan (Keraf:1991)

Bentuk-Bentuk Tanggung Jawab Social Perusahaan (CSR)

Menurut Tjoger dan kawan-kawan (2003:147) terdapat 2 bentuk langsung dari tanggungjawab perusahaan, yakni tanggungjawab ekonomi dan tanggungjawab hukum.

a. Tanggungjawab ekonomi perusahaan, yakni modal yang ditanamkan dalam perusahaan harus dapat diperoleh kembali dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan tanggungjawab eknomi dari perusahaan yang berakitan erat dengan aspek social, dimana aktivitas bisnis perusahaan akan mewarnai aktivitas perekonomian basional, misalkan bantuan ekonomi lemah, biaya pendidikan dan lainnya. Hal ini akan berdampak pada peningkatan citra perusahaan, serta perasaan simpat masyarakat, terutama didalamnya konsumen.

b. Tanggungjawab hukum, disini perusahaan harus memperhatikan operasinya berdampak negative terhadap masayrakat atau tidak, seperti pensemaran lingkunga, membahayakan pemakai/ konsumen yang dapat merugikan masayrakat. Perusahaan sebagai suatu badan hukum harus menjalankan aktivitasnya dengan mematuhi norma-norma hukum yang ada, mulai dari system perekrutan karyawan, tidak melakukan KKN, hingga perhatian pda lingkungan sekitar yang sesuai dengan aturan hukum. Bentuk kepatuhan terhadap hukum dan aturan tersebut, merupakan bentuk tanggungjawab perusahaan terhadap masyarakat maupun pemerintah.

Dampak dari praktek CSR bagi perusahaan

Kegiatan CSR memiliki dampak positif terhadap keberlangsungan perusahaan. CSR mampu menciptakan laba jangka panjang bagi perusahaan, dapat sebagai sarana peningkatan citra (Brand image) perusahaan, dapat meningkatkan kinerja financial dan akses ke modal. CSR akan membantu peningkatan penjualan produk; meranik dan mempertahankan sumber daya manusia yang berkualitas; meningkatkan pengambilan keputuasn pada hal-hal yang kritis dan mengelolah resiko. Untuk itu CSR menjadi suatu strategi bisnis yang dapat diterima (Post dkk:1999). Selain dari pada itu CSR mampu memberikan dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat dalam membantu menyelesaikan persoalan-persoalan masyarakat, seperti: pendidikan, ekonomi, pembangunan, lingkungan dan persoalan lainnya.

Perkembangan CSR di Indonesia

Pada bulan juli 2001 di Brussel Commission of The European Communities mempresentasikan makalah mengenai “Promoting a EuropeanFramework for Corporate Social Responsibility”. Presentasi itu dengan maksud agar adanya perilaku tanggung jawab perusahaan pada keberlanjutan lingkungan dan kesusksesan dalam bisnis. Dalam prsesentasi tersebut dikatakan secara garis besar bahwa jika perusahaan berhasil dalam memanajemen perubahan dalam tanggung jawab social, maka itu akan memiliki pengaruh positif pada level makro ekonomi. Negara-negara yang tergabung dalam Commission of The European Communities bersepakat untuk melakukan keberlangsungan perusahaan dan lingkungan dengan melakukan tanggung jawab social. Dalam kerangka berpikir seperti itu maka Negara-negara di Eropa melakukan suatu strategi dalam melakukan Corporate Social Responbility (CSR), guna keberlangsungan perusahaan dan social.

Lalu bagaimana dengan Indonesia apakah CSR telah menjadi topic menarik bagi perusahaan-perusahaan bisnis di Indonesia? Corporate Social Responsibility (CSR) tengah menjadi trend diberbagai negara, termasuk Indonesia. Pada mulanya Corporate Social Responsibility diterapkan oleh TNC-TNC (Trans National Corporation) yang ada di Indonesia dan kemudian diikuti oleh perusahaan-perusahaan domestik. Salah satu perusahaan yang mengklaim telah melakukan CSR adalah PT. Freeport Indonesia dengan cara mengembangkan program Community Development antara lain menyediakan layanan medis bagi masyarakat papua melalui pendirian klinik-klinik kesehatan dan Rumah Sakit modern di Banti dan Timika, memberikan bantuan dana pendidikan bagi pelajar papua serta melakukan program pengembangan wirausaha di Komoro dan Timika. Selain PT. Freeport, banyak perusahaan di Indonesia yang mengembangkan konsep Community Development beberapa diantaranya adalah Pertamina, PT. HM Sampoerna, PT Coca-Cola Botling Indonesia.

Pertamina terlibat dalam aktifitas pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat terutama bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan seperti memberikan beasiswa dari SD sampai dengan S2, pembinaan posyandu serta melakukan program kali bersih dan penghijauan. Sedangkan PT. HM Sampoerna menyediakan beasiswa untuk berbagai jenjang pendidikan, mensponsori kegiatan konservasi dan pendidikan lingkungan. Lalu pada PT. Coca-Cola Botling Indonesia mendirikan Coca-Cola Foundation yang melakukan berbagai aktifitas dibidang pendidikan, bantuan infrastruktur masyarakat, kebudayaan, kepemudaan, kesehatan, pengembangan UKM dan pemberian bantuan bagi korban bencana alam. Namun CSR tidak bisa disederhanakan sebagai sekedar Community Development, CSR merupakan kegiatan yang berkesinambungan dan bukan hanya aksi karikatif yang dimaksudkan untuk menghindari tekanan dari pihak lain misalnya masyarakat ataupun sebagai alat untuk membentuk citra baik perusahaan. CSR merupakan suatu bentuk tanggungjawab moral, yang lepas dari kepentingan bisnis perusahaan. Keadaan tersebut menunjukan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sungguh-sungguh melaksanakan CSR.

Infrastruktur bagi perusahaan digital : Teknologi Informatika dalam Perusahaan E-Bisnis

ABSTRAKSI

Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk bergerak cepat dalam menerima dan menditribusikan informasi. Hal ini disebabkan pentingnya informasi bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. Keberadaan perusahaan dalam era yang bergerak cepat, bukan mematikan perusahaan tersebut, akan tetapi menciptakan serta membuat perusahaan tersebut harus mampu melakukan inovasi secara kontinyu. Dewasa ini banyak perusahaan mengembangkan bisnisnya dengan menggunakan medium elektro magnetic sebagai media dalam membagi informasi serta mengefektifkan kinerja perusahaan. Teknologi informasi yang digunakan dalam perusahaan membuat perusahaan tersebut dapat berkembang dan bersaing dengan competitor lain dalam dunia bisnis sekarang. E-bisnis adalah jalan yang efektif dan efesien dalam menjalankan bisnis yang semakin cepat dan peningkatan perubahan. E-bisnis menjadi salah satu media dalam penggunaan teknologi informatika dalam perusahaan, yang mana mampu meningkatkan out-put yang diinginkan perusahaan.

PENDAHULUAN

Ada sebuah hasil riset yang cukup menarik dari para peneliti di Amerika Serikat yang melakukan studi dikurang lebih 50 perusahaan yang berhasil memanfaatkan teknologi informasi sebagai senjata utama dalam Persaingan. Dari serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam survey, ada tiga jenis asset terpenting yang harus diperhatikan jika perusahaan benar-benar serius ingin menjadikan teknologi informasi sebagai modal persaingan. Fokus dari riset ini adalah untuk mencari asset utama agar keunggulan kompetitif karena faktor teknologi informasi dapat dinikmati perusahaan untuk jangka panjang. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya fenomena dalam dunia industri dimana keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi hanya berlangsung sesaat, hal ini karena mudahnya teknologi serupa diikuti perusahaan pesaing (easy to imitate)

Goodhue berhasil menemukan ketiga kunci utama tersebut dan menamakannya sebagai tiga Aset Teknologi Informasi (The Three I/T Assets): Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Relasi.[1]

Dengan melihat hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa kebutuhan tida asset tersebut dalam perusahaan sangatlah penting dalam menumbuh kembangkan out put yang diinginkan oleh perusahaan. Kemampuan SDM, teknologi dan relasi menjadikan suatu sistim dalam perusahaan berubah, guna pencampaian hasil yang maksimal. E-bisnis adalah salah satu dari modifikasi ketiga asset tersebut.

Disini penulis akan mencoba melihat peran dari e-bisnis dalam perusahaan, serta dampak yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi bagi perusahaan yang menggunakan e-bisnis dalam pengelolahannya. E-bisnis adalah sebuah model pertukaran informasi, yang mana dengan menggunakan kemampuan tanpa ada batas (ruang dan waktu). Dari manapun serta kapan pun setiap anggota dalam perusahaan mampu untuk melakukan bisnis serta pekerjaan perusahaan secara bertanggung jawab dan dengan kemampuan individu yang baik (dikarenakan kemampuan menggunakan teknologi informatika). Penulis ingin menjabarkan e-bisnis dalam perusahaan, serta faktro-faktor didalamnya.

PERUBAHAN BISNIS KEDUNIA MAYA

Keberadaan dunia maya memiliki arti yang berbeda untuk masing-masing perusahaan, terutama yang masih menggunakan paradigma lama dalam berbisnis (konvensional). Banyak perusahaan yang sangat hati-hati dalam menanggapi fenomena ini dan tidak mau terburu-buru untuk segera melakukan tindakan reaktif terhadap tawaran-tawaran kemudahan yang disediakan oleh internet. Dibandingkan dengan negara-negara maju yang berani untuk melakukan suatu tindakan revolusioner untuk sama sekali mengubah cara berbisnis, karena berbagai alasan negara-negara berkembang semacam Indonesia lebih senang menggunakan pendekatan evolusi. Alasannya adalah selain agar resiko yang dipertaruhkan lebih kecil, perusahaan ingin meyakinkan diri agar tahapan pengembangan business konvensional ke arah e-business benar-benar dapat memberikan value kepada pelanggan.

Ada beberapa tahapan evolusi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pijakan, yaitu masing-masing:[2]

1. Perusahaan konvensional yang ingin memanfaatkan internet dapat memulai dengan mempergunakan teknologi informasi sebagai kanal tambahan dan/atau alternatif dalam menghubungkan perusahaan dengan para pelangganya.

2. Perusahaan didirikan karena adanya suatu permintaan pelanggan dan pasar terhadap produk atau jasa tertentu. Dengan sumber daya yang ada, perusahaan akan berusaha untuk mengubah berbagai bahan mentah yang ada sebagai input untuk menjadi output berupa produk yang diinginkan pelanggan.

3. Transformasi industri terjadi sebagai hasil dari perusahaan yang telah menyadari benar kekuatannya dan dapat memanfaatkan peluang e-business yang ditawarkan oleh internet dan dunia maya. Tidak sedikit perusahaan yang pada akhirnya harus “banting stir” atau berganti bisnis inti-nya (core business) setelah melihat kekuatan utama yang dimilikinya (core competencies) dan tingginya kompetisi di industri terkait.

4. Konvergensi antara lebih dari satu industri terjadi karena dengan adanya internet, perusahaan dapat secara mudah berkolaborasi dan berkooperasi untuk menciptakan produk-produk baru yang tidak mungkin dapat diciptakan tanpa adanya kerja sama tersebut.

ELEMEN-ELEMEN APLIKASI BUSINESS INTELLIGENCE

Business Intelligence (BI) merupakan perkembangan dari aplikasi pengetahuan management, dengan menambahkan proses data analytics, yaitu dengan memanfaatkan data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi baru yang bermanfaat. Aplikasi BI memberikan informasi yang personal, yaitu dengan melakukan proses pengumpulan, pengaturan dan penyebaran informasi secara personal. Aplikasi BI menggunakan teknologi e-bussines untuk menghubungkan data warehousing dengan perangkat client yang sederhana (seperti mobile device).

Agar BI dapat berfungsi dengan baik. Maka diperlukan kerangka terintegrasi dengan beberapa kelas dari aplikasi berbasis pengetahuan (KM). Sehingga perlu diadaptasi beberpa elemen dari KM, diantaranya:

a. Pengorganisasian dan pengumpulan data/ content

Data-data tentang pelanggan, mitra dan pemasok disimpan pada beberapa tempat di dalam perusahaan. Dibutuhkan suatu pandangan yang terintegrasi untuk memungkinkan perusahaan mengetahui dan merespon seakurat mungkin terhadap pelanggannya. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan integrasi data:

a) Scalability, yaitu ukuran basisdata (storage’s space) yang disediakan perusahaan harus mampu menampung informasi customer-centric yang dapat mencapai beberapa gigabyte per-hari.

b)Flexibility, yaitu kemampuan untuk mengakomodasi bermacam-macam data model dan arsitektur basisdata dan memungkinkan integrasi dengan sistem informasi back-end lainnya.

c) Performance, yaitu kemampuan untuk menangani query-query dengan cepat dan akurat. Elemen teknis yang mendukung proses ini adalah data warehousing, yang penjelasannya akan dibahas kemudian.

b. Analisis dan segmentasi

Tools untuk data mining terdapat pada aplikasi ini, tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai, mempertahankan pelanggan dan menemukan jalur pendapatan perusahaan yang baru. Proses mining ini dimulai dengan membangun gambaran lebih jelas tentang kelakuan pelanggan. Tanpa tool analisis tersebut, maka usaha menyimpan informasi customercentric yang sangat besar tersebut menjadi sia-sia. Namun, proses menganalisis tersebut tidak sederhana meskipun data telah tercentralized, karena merupakan usaha yang berat untuk mengubah informasi tersebut menjadi pengetahuan yang menghasilkan keuntungan dan menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Elemen teknis yang dimanfaatkan untuk proses ini adalah data mining dengan tools OLAP (online analyticals processing).

c. Personalisasi yang real-time

Kemampuan personalisasi dari perusahaan memungkinkan perusahaan memahami dan merespon setiap kebutuhan, kelakuan dan perhatian pelanggan untuk meyakinkan bahwa pelanggan tersebut mendapatkan kebutuhannya. Aplikasi pendukung personalisasi memungkinkan pembuatan produk/ layanan yang customized dengan meminimalkan biaya marginal dari personalisasi tersebut. Beberapa tahapan (siklus) personalisasi:

a) Profiling (menunjukkan produk yang ditawarkan dan menanyakan kebutuhan pelanggan).

b) Matching (memberikan kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan data dengan kebutuhan pelanggan)

c) Transacting (kebebasan untuk self-service dan memudahkan transaksi)

d) Listen (fasilitasi tanggapan pelanggan dan mengukur keefektifan).

Kemampuan yang disediakan aplikasi personalisasi, antara lain:

i. Menyediakan pelanggan dengan halaman web yang personal yang memungkinkan pelanggan untuk berinteraksi, bertransaksi dan kolaborasi dengan perusahaan.

ii. Menampilkan informasi yang diinginkan pelanggan secara personal.

iii. Secara aktif memberitahukan pelanggan atas improvement dan upgrade terhadap produk yang relevan dengannya.

iv. Menyatukan informasi dan memberikan rekomendasi berdasarkan kecenderungan pelanggan.

v. Mengirimkan informasi yang relevan terhadap produk yang dimiliki pelanggan.

d. Penyebaran, pengambilan dan interaksi terhadap informasi

Infrastruktur untuk proses interaksi dan pengiriman/penerimaan informasi adalah dengan pelanggan menggunakan media yang dipilih oleh pelanggan tersebut. Meskipun penggunaan WWW sudah umum, namun strategi KM yang baik adalah dengan menjangkau semua media yang digunakan pelanggannya, baik telephone, WAP, TV ataupun e-mail.

e. Pemantauan dan pengukuran kinerja sistem

Aplikasi pemantauan kinerja sistem ini menyediakan informasi yang dibutuhkan manajer untuk meningkatkan operasi dan strategi. Dengan menggunakan key performace indicator (KPI) yang dihubungkan dengan balaced scorecard, perusahaan dapat secara bekelanjutan memantau kinerja proses terhadap target dari strateginya. Sistem pemantauan yang efektif adalah yang mampu membuat strategi menjadi tindakan.

PELUANG E-BISNIS DI INDONESIA

Peristiwa “crash”-nya perusahaan-perusahaan berbasis internet) pada kuartal pertama tahun 2000 dan krisis ekonomi dunia belakangan ini yang telah berpengaruh terhadap turunnya semarak industri teknologi

informasi mendatangkan pertanyaan di kalangan praktisi manajemen mengenai prospek konsep e-business di tanah air. Cara termudah mereka-reka prospek eBusiness di masa mendatang adalah dengan cara melakukan analisa trend yang terjadi di lingkungan masyarakat bisnis di Indonesia. Walaupun secara umum trend yang terjadi terkait erat dengan kecenderungan perkembangan e-business pada negara-negara lain di dunia, namun ada beberapa aspek yang unik terjadi di negara berkembang semacam Indonesia.[3] Melalui berbagai kajian terhadap perkembangan e-business yang terjadi sepanjang 5 tahun terakhir, dapat disimpulkan berbagai kecenderungan yang dapat menggambarkan paling tidak 10 prospek e-business di Indonesia.

v e-business Type

Dilihat dari jenis e-business, nampaknya perkembangan pemakaian alat-alat elektronik dan digital sebagai medium komunikasi dan relasi bisnis jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan cara yang sama untuk melakukan perdagangan atau transaksi jual beli. Berdasarkan fenomena ini, prospek atau peluang bisnis nampak bagi perusahaan-perusahaan yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengimplementasikan berbagai jenis komunikasi dan kolaborasi, Sebutlah misalnya konsep backoffice semacam e-Procurement, e-Supply Chain, ERP, dan lain sebagainya yang pada prinsipnya dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara divisi maupun antara perusahaan dengan mitra bisnisnya.

v Community

Berdasarkan pengalaman, agaknya lebih mudah menciptakan kebutuhan kepada kalangan generasi muda, dibandingkan dengan usaha untuk merubah pola hidup para generasi dewasa dan tua untuk mulai menggunakan berbagai teknologi informasi berbasis internet. Dengan kata lain, sukses terbesar lebih mudah diperoleh bagi mereka yang berkonsentrasi pada e-business untuk menciptakan produk atau jasa yang dapat dijual kepada kalangan baru ini, karena teknologi informasi telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka. Jika perusahaan tetap ingin mencoba untuk menjual produk atau jasa kepada pasar lama, maka harus mencoba menggunakan medium teknologi konvensional untuk menjualnya.

v Content

Dengan adanya internet, ternyata yang paling banyak mengeruk keuntungan secara finansial bukanlah para pengguna individual, melainkan sejumlah perusahaan yang membutuhkan berbagai informasi yang tersedia di internet sebagai bahan baku langsung maupun tidak langsung terhadap produk atau jasa yang diciptakan perusahaan tersebut. Contohnya adalah menjamurnya berbagai koran-koran yang terbit di daerah-daerah di tanah air, yang sebagian besar beritanya ternyata diambil dari informasi yang didapat oleh para wartawannya melalui internet. Content yang dijual tersebut dapat diperjual-belikan dalam bentuk data mentah, maupun yang telah diolah menjadi informasi dan knowledge yang memiliki value atau nilai tinggi.

v Technology Devices

Lambat laun, teknologi berkomunikasi digital melalui PC akan ditinggalkan karena peralatan tersebut dinilai cukup sulit untuk dipelajari dan digunakan oleh kaum awam. Sebagai penggantinya, sejumlah teknologi pervasive computing akan secara luas dipasarkan.

v Access Channels

Berkembangnya teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) semacam internet dan website menawarkan berbagai keuntungan bagi perusahaan yang berniat mengimplementasikan kanal akses tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa teknologi tersebut masih tergolong baru dikenal di negara berkembang, maka perusahaan cenderung memperlakukan teknologi tersebut sebagai media alternatif dalam berkomunikasi (internal maupun eksternal) disamping media konvensional lain yang masih efektif dipergunakan. Jika pada akhirnya

mereka yang berkepentingan secara perlahan-lahan beralih mempergunakan teknologi yang baru, maka perusahaan akan secara gradual mulai meninggalkan media konvensional yang cenderung lebih lambat dan mahal.

v Regulation

Dengan berpegang pada prinsip bahwa eBusiness berkaitan erat dengan serangkaian aktivitas pencarian laba finansial, maka pemerintah Indonesia akan mengikuti negara-negara maju lainnya dalam menerapkan prinsip-prinsip pengaturan (regulasi) e-business yang kondusif. Seperti yang terjadi di Indonesia, e-business akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pelaku bisnis yang mayoritas dipegang oleh industri swasta. Karena mekanisme peraturan akan sangat bergantung dan ditentukan oleh mayoritas pelaku bisnis, maka perusahaan-perusahaan yang sejauh ini bergantung pada perlindungan pemerintah harus mulai merubah strateginya. Dalam sebuah arena dimana peraturan akan ditentukan oleh pasar, maka peluang sukses terbesar hanya akan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan e-business yang benar-benar memiliki keuggulan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan para pesaingnya.

v Organization

Kajian yang mendalam terhadap fenomena e-business di tanah air memperlihatkan bahwa tantangan implementasi konsep baru ini lebih dikarenakan alasan-alasan sosiologis dibandingkan dengan aspek teknologinya. Artinya, faktor-faktor budaya, pendidikan, sosial, dan perilaku memegang peranan penting yang menentukan sukses tidaknya sosialisasi penggunaan teknologi informasi di dalam perusahaan. Dengan berpegang pada prinsip “old habit is hard to die” dan “people are hard to change”, maka aspek manajemen perubahan (change management) harus benar-benar diperhatikan pelaksanaannya. Kenyataan ini sebenarnya merupakan prospek e-business yang sangat besar untuk digarap, karena terbukti bahwa mereka yang mampu membantu perusahaan untuk dapat secara efektif bertransformasi ke konsep e-business akan dipercaya oleh manajemen dalam mengembangkan konsep

tersebut di perusahaannya. Artinya, peluang besar akan diperoleh oleh perusahaan yang memiliki pendekatan dan metodologi e-business yang sesuai dengan tantangan sosiologis yang terdapat pada perusahaan-perusahaan tradisional.

v Change Strategy

Transformasi dari model bisnis konvensional menuju eBusiness adalah permasalahan metodologi perubahan. Perusahaan-perusahaan di negara-negara berkembang, karena alasan budaya dan aspek-aspek lainnya, lebih memilih metode evolusi dibandingkan dengan revolusi dalam mengimplementasikan perubahan tersebut. Yang menjadi pertimbangan utama tidak saja dari segi efektif tidaknya penerapan konsep baru di dalam organisasi, namun lebih jauh berkaitan dengan besar-kecilnya resiko yang harus dihadapi perusahaan dalam masa transisi tersebut. Hal ini berarti merupakan prospek besar bagi mereka yang memiliki metode penerapan e-business secara bertahap, terbukti efektif, dan memiliki resiko kegagalan yang kecil.

v Business Process

Dari sekian banyak perusahaan e-business yang berkembang di tanah air, terbukti bahwa perusahaan yang sukses ternyata diraih oleh mereka yang mampu mengawinkan konsep traditional physical value chain (rangkaian proses bisnis konvensional) dengan virtual value chain (rangkaian proses bisnis virtual). Di mata pelanggan e-business, ada tiga alur yang sangat penting, yaitu alur produk atau barang yang dibeli, alur informasi dokumen jual-beli, dan alur pembayaran transaksi. Dapat dilihat di sini bahwa alur produk atau barang biasanya ditangani oleh rangkaian proses bisnis konvensional, sementara untuk alur informasi dan pembayaran ditangani secara virtual (melalui internet). Untuk dapat sukses, perusahaan harus handal dalam menangani ketiga alur entity tersebut.

v System Approach

Aspek terakhir yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah kenyataan bahwa e-business baru dapat berkembang jika komponen-komponen lain dalam lingkungan sistem e-business turut tumbuh dan berkembang secara serentak. Apalah artinya sebuah komunitas internet yang besar dan kebutuhan transaksi e-commerce yang

tinggi misalnya, namun tidak dibarengi dengan kesiapan infrastruktur, ketersediaan hukum, dan jaminan keamanan yang memadai bagi para pelaku e-business. Dengan kata lain, kesempatan berbisnis masih terbuka lebar bagi mereka yang dapat menutupi kepincangan-kepincangan perkembangan sistem e-business secara keseluruhan ini, terutama yang menyangkut mengenai infrastruktur dan suprastruktur e-business di Indonesia.

KESIMPULAN

Fenomena dalam dunia industri dimana keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi hanya berlangsung sesaat dan sangat cepat mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan perkembangan bisnis kedunia maya semakin besar, dengan menggunakan teknologi. Keberadaan dunia maya memiliki arti yang berbeda untuk masing-masing perusahaan, terutama yang masih menggunakan paradigma lama dalam berbisnis.

Bisnis inteligensi memainkan peranan penting dalam melahirkan sebuah fenomena baru dalam dunia bisnis. Dengan memperhatikan berbagai aspek inteligensi memungkinkan perkembangan teknologi memainkan peranan penting dalam kompetisi perusahaan. Dan dengan menangkap peluang bisnis yang cepat dalam dunia e-bisnis memungkinkan bisnis di Indonesia akan semakin hidup dengan perkembangan yang pesat, dikarenakan kebutuhan serta peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan teknologi yang mana semakin digemari oleh masyrakat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Web Site :

  1. http://www.apjii.or.id
  2. http://students.if.itb.ac.id/
  3. http://www.sdti.co.id/
  4. http://www.itb.ac.id/focus/
  5. http://www.lmfeui.comuploadsfile29-XXXI-September-2002.PDF
  6. http://bebas.vlsm.org/
  7. http://jazi.staff.ugm.ac.id/
  8. http://www.iiwas.org/

Pustaka :

  1. Gareth R. Jones, “Organization theory, design and change”, fourth edition, Pearson Education International, New Jersey – 2004
  2. Gibson; Ivancevich; Donnely; Konopaske, “Organization : Behaivour structure processes” elevent edition, Mc Grew-Hill Hinger Education, USA – 2003
  3. Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon, “Sistem Informasi Manajemen : mengelolah Perusahaan Digital”, (diterjemahkan oleh: Erwin Philippus), Andi, Yogyakarta - 2004



[1]http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/AssetUtamaTeknologiInformasi.

[2] http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/EvolusiEBusiness.

[3]http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/10ProspekEBusinessIndonesia.

Tantangan PERBANKAN (BANK INODNESIA) Ke Depan

Tantangan PERBANKAN (BANK INODNESIA) Ke Depan

Untuk mewujudkan perbankan Indonesia yang lebih kokoh, perbaikan harus dilakukan di berbagai bidang, terutama untuk menjawab tantangan-tantangan yang

dihadapi perbankan dalam beberapa tahun belakangan ini. Tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kapasitas pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah

Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam waktu lima tahun ke depan, diperlukan pertumbuhan kredit perbankan yang cukup besar. Sementara itu, kemampuan permodalan perbankan Indonesia saat ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kredit yang cukup tinggi tersebut sulit dicapai jika perbankan nasional tidak memperbaiki kondisi permodalannya. Selain hambatan dalam hal permodalan bank, penyaluran kredit dalam banyak hal juga terhambat oleh keengganan sebagian bank untuk menyalurkan kredit karena kemampuan manajemen risiko dan core banking skills yang relatif belum baik, dan biaya operasional yang relatif tinggi.

2. Struktur perbankan yang belum optimal

Belum optimalnya struktur perbankan di Indonesia ditandai oleh terkonsentrasinya struktur perbankan hanya pada 11 bank besar (yang menguasai 75% asset perbankan Indonesia). Namun demikian bank-bank kecil dalam hal ini perlu mendapat perhatian karena selain jumlahnya relatif banyak, bank-bank kecil tersebut juga memiliki cakupan usaha yang relative sama dengan bank-bank besar namun dengan kemampuan operasional, manajemen risiko, dan corporate governance yang relatif lebih terbatas. Demikian pula, dibandingkan dengan negara-negara lain, kepemilikan pemerintah Indonesia dalam perbankan nampak cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan Asia. Hal ini juga merupakan persoalan tersendiri terhadap struktur perbankan karena dapat menimbulkan konflik kepentingan yang akan mengganggu efisiensi pasar.

3. Pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan perbankan yang dinilai oleh masyarakat masih kurang

Kurangnya pemenuhan kebutuhan masyarakat atas pelayanan perbankan ditandai dengan seringnya terdengar keluhan dari masyarakat mengenai kurangnya akses terhadap kredit dan tingginya suku bunga kredit serta masih banyaknya praktek penyediaan jasa keuangan informal. Pandangan masyarakat semacam ini cukup beralasan, karena walaupun kredit korporasi dan UKM sudah mulai tumbuh, tingkat penetrasi kredit masih relative rendah. Selain itu, meningkatnya kompleksitas jasa

dan produk keuangan sebagai akibat dari globalisasi sektor keuangan juga memerlukan respons yang memadai dari berbagai pihak yang terkait. Hal ini semakin penting mengingat masyarakat pengguna jasa keuangan khususnya perbankan semakin menuntut kualitas pelayanan dan akses perbankan yang semakin tinggi.

4. Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan

Pengawasan bank juga merupakan bidang yang memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Hal ini disebabkan karena masih terdapatnya beberapa prinsip-prinsip prudensial yang masih belum diterapkan secara baik, koordinasi pengawasan yang masih perlu ditingkatkan, kemampuan SDM pengawasan yang belum optimal, dan pelaksanaan law-enforcement pengawasan yang belum efektif.

Secara keseluruhan, upaya peningkatan kapabilitas pengawasan ini sejalan dengan usaha Bank Indonesia untuk menerapkan 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision, termasuk meningkatkan sarana teknologi pengawasan. Mengingat pengawasan bank merupakan bidang yang sangat dinamis dan luas cakupannya, maka peningkatan kualitas pengawasan merupakan upaya yang patut dilaksanakan secara terus menerus oleh Bank Indonesia maupun oleh lembaga lainnya seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada saatnya nanti.

5. Kapabilitas perbankan yang masih lemah

Lemahnya kapabilitas perbankan ditandai dengan kurangnya corporate governance dan core banking skills pada sebagian besar perbankan sehingga diperlukan perbaikan yang cukup mendasar pada dua hal tersebut. Meskipun kapabilitas beberapa bank besar sudah cukup kuat, namun kapabilitas perbankan secara umum masih di bawah international best practices. Demikian pula kemampuan bank dalam me-respon meningkatnya risiko operasional masih perlu terus diperbaiki, terutama penekanannya pada pentingnya internal control dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip prudensial.

6. Profitabilitas dan efisiensi operasional bank yang tidak sustainable

Tingkat profitabilitas dan efisiensi operasional yang dicapai oleh perbankan pada umumnya bukan merupakan profitabilitas dan efisiensi yang sustainable. Hal ini disebabkan oleh lemahnya struktur aktiva produktif bank-bank. Margin yang diperoleh bank-bank semakin mengecil karena adanya kecenderungan suku bunga yang menurun. Faktor lain dari tidak sustainable-nya profitibilitas dan efisiensi adalah karena sebagian pendapatan perbankan berasal dari aktivitas trading yang fluktuatif serta rendahnya rasio asset per nasabah yang membuat biaya operasional perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negara-negara lain.

7. Perlindungan nasabah yang masih harus ditingkatkan

Perlindungan terhadap nasabah merupakan tantangan perbankan yang berpengaruh secara langsung terhadap sebagian besar masyarakat kita. Oleh karena itu, menjadi tantangan yang sangat besar bagi perbankan dan Bank Indonesia serta masyarakat luas untuk secara bersama-sama menciptakan standarstandar yang jelas dalam membentuk mekanisme pengaduan nasabah dan transparansi informasi

produk perbankan. Di samping itu, edukasi pada masyarakat mengenai jasa dan produk yang ditawarkan oleh perbankan perlu segera diupayakan sehingga masyarakat luas dapat lebih memahami risiko dan keuntungan yang akan dihadapi dalam menggunakan jasa dan produk perbankan.

8. Perkembangan Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi informasi ikut menambah tantangan yang dihadapi oleh perbankan. Perkembangan teknologi informasi (TI) menyebabkan makin pesatnya perkembangan jenis dan kompleksitas produk dan jasa bank sehingga risikorisiko yang muncul menjadi lebih besar dan bervariasi. Disamping itu, persaingan industri

perbankan yang cenderung bersifat global juga menyebabkan persaingan antar bank menjadi semakin ketat sehingga bank-bank nasional harus mampu beroperasi secara lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi.

BI dan KPK Tingkatkan Efektifitas Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi



Gubernur Bank Indonesia, Burhanuddin Abdullah dan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Taufiequrachman Ruki menandatangani nota kesepahaman mengenai Kerjasama dalam Rangka Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, pada hari Jumat, 8 Desember 2006, di Jakarta. “Dengan adanya nota kesepahaman ini diharapkan efektifitas pelaksanaan pemberantasan korupsi akan semakin meningkat karena cakupan upaya untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi akan semakin luas dan dalam, tanpa harus menimbulkan ekses dan implikasi yang tidak diinginkan”, demikian Burhanuddin dalam sambutannya.

Lingkup nota kesepahaman antara Bank Indonesia (BI) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditandatangani pada hari ini mencakup pengkajian data nasabah terpadu (DNT), pertukaran informasi dan bantuan konsultasi, bantuan personil, pelatihan dan sosialisasi serta penunjukkan pejabat penghubung.

“Permasalahan yang terjadi dalam industri perbankan tidak selamanya merupakan tindak pidana korupsi. Untuk itulah, melalui nota kesepahaman ini diharapkan koordinasi dan kerjasama yang terjalin dapat meningkatkan efektifitas pemberantasan korupsi yang saat ini tengah dilakukan”, tambah Burhanuddin.

Dalam mendukung pelaksanaan pemberantasan tindak pidana korupsi, BI telah menerapkan beberapa kebijakan strategis yang antara lain mengeluarkan peraturan tentang prinsip Know Your Customer (KYC), Good Corporate Governance (GCG) di sektor perbankan, manajemen risiko dalam pengelolaan bank, melakukan fit & proper test terhadap calon dan atau pemilik/pengurus/pejabat bank, serta pembentukan Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Kejaksaan Agung RI, Kapolri dan Gubernur Bank Indonesia dalam rangka kerjasama penanganan tindak pidana di bidang perbankan.


Robot Asendro siap kembali menunjukan aktraksinya di pialah dunia sepak bola mendatang

Robot Asendro siap kembali menunjukan aktraksinya di pialah dunia sepak bola mendatang


Dengan perkembangan Teknologi Robot dapat digunakan sebagai penjaga keamanan. Masaalah keamanan sagat penting khususnya negara - negara tempat terjadinya berbagai kegiatan internasional (konfrensi, piala dunia) sangat mendapat perhatian serius dari pihak penyelenggara.

Khususnya Kegiatan sepak bolah dunia yang sagat mendapat perhatian serius dari semua kalangan pencinta sepak bola dan persatuan sepak bola dunia atau FIFA, dimana kegiatan dilaksanakan 5 tahun sekali.

Menurut informasi kegiatan ini akan dilaksanakan di Amerika Latin (Brasil/tapi belum final kesepakatanya). Namun dalam hal keamanan pihak FIFA kembali akan menggunakan system securyti Robot Asendro untuk membantu pihak keamanan (polisi) dalam menjalankan tugas pengamanan dalam pialah dunia mendatang.

Hal ini dilakukan untuk menjanga keamanan selama berlangsungnya kegiatan tersebut dan untuk mengantisivasi tragedi “Black September” di ajang Olimpiade Berlin tiga dasawarsa silam terulang kembali. Apalagi kegiatan tersebut masih dalam situasi panas (terorisme), Khususnya menyangkut isu terorisme yang semakin banyak. Untuk menjamin keamanan dan kesuksesan kegiatan tersebut, tidak cukup mengerahkan aparat keamanan, tapi juga harus minta bantuan Robot Asendro. Robot Asendro bukan manusia yang berstatus polisi, tentara, atau satpam, melainkan robot yang dibekali kecerdasan buatan (artificial intelligence,AI) yang mampuh mendeteksi dan memantau situasi disekitarnya (melakukan patroli). Pihak FIFA memang sengaja menerapkan sistem keamanan supercanggih Untuk bisa mengerahkan robot -robot Asendro dimana Robot ini sudah mempelihatkan kemampuannya menjaga keamanan pada pialah dunia tahun kemarin 2006 di jepang dan korea selatan.Robot ini milik suatu perusahaan Robowatch Defense dan Diehl BGT Defence .

Tugas pengamanan yang dijalankan oleh robot ini terdiri dalam dua kelompok :

1. Kelompok pertama menggunakan robot OFRO. Di manah bentuknya mirip dengan robot yang pernah digunakan militer AS untuk operasi mereka di Irak dan Afganistan. Dengan kamera termalnya, robot OFRO mampu mengenali posisi musuh di malam hari melalui temperatur suhu badan manusia atau titik api. Selain itu, mampu mendeteksi radiasi, racun, virus, dan bahan kimia berbahaya melalui sensornya.Robot yang harga satu unitnya mencapai 76.000 dolar AS itu diprogram guna menjalankan misi pengintaian. Untuk memuluskan operasinya setiap robot dibekali dengan berbagai teknologi. Salah satunya dengan dukungan teknologi GPS (Global Positioning System). Robot ini berpatroli di areal luar dan melindungi areal tersebut dalam radius 2 km dari pusat kontrolnya yang berlokasi di dalam stadion.Robot OFRO memiliki tinggi 1,4 m dan berbobot 40 kg. Mereka bergerak di atas trek miniatur mirip dengan tank militer yang dapat berjalan dengan kecepatan 7 kph.

2. Kelompok kedua menggunakan robot MOSRO, bentuknya mirip robot R2-D2 di film "Star Wars.Robot jenis ini lebih difokuskan untuk pengintaian di dalam stadion.Setiap robot diprogram lengkap dengan layout situasi dalam stadion,termasuk ruang administrasi, area parkir bawah tanah, dan area penyimpanan.Robot seharga 15.000 dolar AD per unitnya itu dilengkapi dengan kamera video guna menangkap penyusup yang masuk ke stadion, juga dilengkapi teknologi sinar inframerah dan sensor ultrasonik.Untuk urusan komunikasi, robot dikontrol dengan menerapkan teknologi telekomunikasi mobile generasi ketiga (3G).Untuk itu, masing-masing robot dilengkapi 3G card, yang terhubung dengan dedicated base station (DBS) di dalam stadion. Agar keamanan data terjamin, semua lalu lintas data dienkripsi. "Robot ini bisa menggunakan teknologi Wi-Fi, akan tetapi untuk praktiknya membutuhkan access point dan berbiaya lebih tinggi.Robot dilengkapi kamera video, sensor radar, pengukur temperatur, dan pemindai infra merah.Kamera yang terpasang dapat berputar ke segala arah dan dapat dikontrol secara remote oleh teknisi di pusat kontrol. "Jika robot mengenali sesuatu yang tidak beres, seperti adanya lubang mencurigakan,Robot akan berhenti dan mengirim pesan peringatan ke pusat kontrol.Sensor radar mampu mendeteksi badan manusia walau ada di balik tembok. Melalui bantuan navigasi dari GPS, robot ini dapat mengirim gambar ke pusat pengontrol (skybox).Melalui remote control yang ada di pusat pengontrol, dapat mengirim perintah guna mengecek situasi yang mencurigakan di luar.Jika Robot ini berada di luar areal dilengkapi dengan teknologi untuk mendeteksi sinar alpha, beta, dan gamma. Kemampuannya setara dengan senjata biologis. Robot MOSRO ini ukurannya lebih kecil dengan dimensi 1,18 m dan berbobot 25 kg. Dengan berjalan dengan roda pada kecepatan 4 kph.

Meski demikian, hardware yang canggih tidak akan ada apa-apanya tanpa ditunjang dengan software dan brainware.Untuk itulah, pada bagian software lebih memilih sistem operasi (operating system, OS) berbasis open-source seperti sistem operasi Linux.hal ini dimaksudkan yaitu keamanan dan kemudahan untuk membuat program aplikasi dalam platform.

Kita sebagai orang IT khususnya anak Indonesia ditantang untuk menciptakan sesuatu yang dapat bermanfaat khususnya dengan menggunakan IT , diamana penerapan teknologi dimasa mendatang akan mempunyai peran penting dalam setiap bidang. Dan bagaimana kita mampuh bersaing dengan negara lain dengan menerapakan, menciptakan Teknologi yang bermanfaat bagi Negara ini.(kita tidak memungkiri bahwa selama ini kita hanya sebagai pemakai teknologi buatan Negara lain padahal kita mamapuh dalam mengembangkan teknologi tersebut). seperti yang telah dikembangkan oleh perusahaan Robowatch Defense dan Diehl BGT Defence dalam menciptakan Robot Asendro menjaga keamanan.


******** Maaf jika masih ada kekuranganya… *********Leonard L ***********

Perusahan Helpon NOKIA

Telpon atau HP sebagai alat komonikasi saat ini mempunyai peran penting dalam kegiatan manusia.Peningkatan angka penjualan khususnya telpon nokia membuktikan bahwa kebutuhan akan media telekomonikasi saat ini sagat memegang peran penting dalam setiap kegiatan dan aktivitas manusia. Dari survey menunjukan bahwa 99% penduduk indonesia membutukan telpon bukan hanya sebagai media komonikasi tetapi sebagai alat media hiburan. Kini perusahaan Nokia menjawab kebutuhan konsumen dimana perusahaan ini akan meluncurkan produk terbaru mereka yang mempunyai kelebihan software dan hadware dari produk sebelumnya.

Perusahaan Nokia Menjawab tantangan baru dengan meluncurkan produk HP terbaru yang deberi nama N77. N77 ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan generasi sebelumnya, N77 tidak hanya sebagai media komonikasi tetapi juga bisa digunkan untuk media hiburan seperti menonton tv, Bwrosing, kamera digital dengan picture yang dapat diatur sesuasi dengan kamauan tidak itu saja N77 menyediakan banyak games dll……

Jika anda berminat dan penasaran akan informasi ini silakan kunjungi www.nokia.com

Atau igin melihat teknologi terbaru silakan lihat dan tonton salasatu acara televisi di METRO TV MOBILE TRENS NEWSsetiap hari sabtu siang. www.metrotv.com

Panin bank

Panin bank dalah salah satu bank terbesar diIndonesia. seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, panin bank sudah menyediakan media transaksi dengan uang dollar yang biasa disebut ATM Dollar. Kini para nasah panin bank tidak perluh lagi ke bank untuk menukarkan uang dollar ke rupiah tetapi langsung saja menggunakan ATM Dollar yang diberikan oleh panin bank.ATM Dollar ini tersebar di berbagai Negara.

Orang yang malas membaca dekat dengan kebodohan dan kebodohan dekat kemiskinan

Senin, 19 November 2007

PERAN KEPEMIMPINAN PENGGOLAHAN KONFLIK ORGANISASDI

PERAN KEPEMIMPINAN DALAM

PENGELOLAHAN KONFLIK ORGANISASI

Abstraksi

Suatu organisasi tanpa konflik, bagaikan kehidupan tanpa arti kedinamisan. Konflik berfungsi sebagai sinyal adanya aktivitas kehidupan dalam berorganisasi.Konflik telah menjadi bagian yang tidak terlepaskan dalam suatu organisasi. Konflik dalam organisasi dapat membawa organisasi kearah yang positif maupun negative. Namun diharapkan konflik tersebut dapat diarahkan menuju tujuan positif, dikarenakan kebutuhan organisasi akan fungsional dan produktifitas dalam kinerjanya. Untuk alasan tersebutlah maka dibutuhkan peran dari kepemimpinan dalam sebuah manajemen konflik, agar mampu membawa konflik dalam organisasi kepada output yang positif, dalam mendukung tujuan organsiasi. Sikap kepemimpinan dengan memperhatikan berbagai individu organisasi & situasi dalam konflik, akan membawa kepada arah positif dari tujuan adanya sebuah konflik dalam organisasi. Peran dari kepemimpinan bukan saja menjembatani antara atasan dan bawahan, akan tetapi juga mampu mengarahkan semua atribut dalam organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Pendahuluan

Di era globalisasi sekarang ini memungkinkan banyak organisasi-organisasi baru muncul dengan segmentasi tujuan arah organisasi berbeda-beda. Persaingan dalam ide baru, teknologi, inovasi dan pemenuhan kebutuhan masyarakat memungkinkan setiap individu pun juga memiliki tujuan dan sudut pandang yang berbeda-beda pula. Hal ini tidak menutup kemungkinan, bahwa tujuan yang bersifat individu tersebut tidak sejalan dengan tujuan umum organisasi tempat ia berada. Diharuskan dalam suatu organnisasi, baik itu yang sudah mapan maupun yang baru berdiri mempunyai ciri ketergantungan satu sama lain dalam organisasi tersebut. Atau dengan kalimat yang lain, dalam dalam suatu organisasi diharuskan penggunaan manajemen hubungan yang saling menunjuang antara atasan dan bawahan, serta seluruh atribut organisasi (Rensis Likert ; 1986). Hal ini untuk menyelaraskan tujuan individu dengan tujuan organisasi. Rensis menyatakan bahwa sifat kepemimpinan dari seorang atasan, harus mampu membina ego dalam setiap individu, dalam menuju prestasi organisasi.

Hubungan dalam suatu organisasi bersifat dinamis, untuk itu perhatian terhadap ego tiap individu harus diperhatikan agar tetpa selaras dengan tujuan organisasi. Hal ini memungkinkan untuk meminimalisir konflik, dan meningkatkan produktifitas organisasi. Kalau tujuan tiap individu ditabrakkan dengan tujuan organisasi, maka akan menimbulkan konflik yang mana dapat bersifat structural maupun fungsional. Hal ini jika tidak dikelolah dengan baik akan menuju pada kematian organisasi.

Kemampuan dalam me-manage konflik akan membawa konflik pada arah yang positif. Manajemen konfik merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang manajer dalam mengelolah konflik, agar hal tersebut tidak meluas dan mematikan kehidupan dalam organisasi. Manajemen konflik dapat bersifat internal organisas, digunakan dalam budaya & kebiasaan-kebiasaan dalam organisasi. Selain internal adapula eksternal dengan melihat lingkungan sekitar organisasi. Salah satu bagian penting dalam manajemen atau pengelolahan konflik adalah sifat kepemimpinan. Kepemimpinan bukanlah didapatkan dari lahir, akan tetapi pembelajaran seseorang dalam melihat dan menganalisis lingkungan konflik untuk mencari solusi pemecahan. Dalam hal megendalikan konflik, kepemimpinan memainkan peranan yang penting. Pada tulisan ini penulis ingin mengajak pembaca melihat peran besar kepemimpinan dalam pengelolahan konflik organisasi menuju pencapaian tujuan organisasi.

Konflik Dalam Organisasi

Konflik adalah “bunga” organisasi, yang mana akan menciptakan perubahan dalam berorganisasi. Konflik berasal dari bahasa latin, yang mana dari 2 suku kata, yakni “com” yang berarti bersama dan “fligere” artinya melanggar, menabrak dan membenturkan. Dengan kedua suku kata tersebut, maka konflik berarti suatu kegiatan menabrakkan/ membenturkan suatu kepentingan secara bersama-sama. Selain arti tersebut konflik pun mengalami perkembangan makna, berdasarkan fungsi dan tujuan konflik itu sendiri. Menurut Folger dan Poole (1984) konflik dapat dirasakan, diketahui dan diekspresikan melalui perilaku komunikasi tiap individu dengan individu yang lain. Yang mana dengan adanya jurang komunikasi maka konflik akan semakin dimungkinkan untuk terjadi. Interaksi yang disebutkan sebagai komunikasi antar individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat dipungkiri akan menimbulkan koflik dalam level yang berbeda-beda (Devito ; 1995).

Konflik dapat dilihat dalam 2 sudut pandang, yakni: pandangan tradisional dan pandangan kontemporer (Myers ; 1993). Secara tradisional, konflik dapat dikatakan sebagai sesuatu yang buruk bagi organisasi dan harus dihindari. Konflik disebabkan karena kesalaha dalam manajemen, sehingga berakibat pada terjadinya kesenjangan dan berkurangnya komunikasi. Sedangkan dalam pandangan kontemporer, konflik merupakan sesuatu yang tak bias dihindari sebagai suatu konsekuensi logis antar interaksi tiap individu. Ayang harus dipikirkan adalah bagaimana mengelolah konflik agar tidak merusak hubungan dalam pencapaian tujuan organisasi. Pada sisi tradisional ada usaha untuk menghindari konflik, sedangkan kontemporer melakukan manajemen konflik. Konflik hadir karena adanya ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota kelompok, yang mana harus membagi-bagi sumber daya yang terbatas atau karena adanya perbedaan status, tujuan, nilai dan persepsi.

Konflik tidak selamanya merusak seperti dalam pemikiran tradisional. Pada kenyataanya konflik pun dapat berupa fungsional, yakni bermanfaat dan bersifat konstruktif dalam meningkatkan kinerja perilaku organisasi. Akan tetapi adapun pula yang bersifat disfungsional, yang mana mempunyai pengaruh negative dalam merusak hubungan serta pencapaian tujuan umum organisasi. Dari kedua akibat konflik tersebut, maka diperlukan pengetahuan serta perhatian yang benar terhadap konflik yang terjadi, agar mengarah kepada pengembangan kinerja dalam berorganisasi. Seringkali masing-masing individu yang berkonflik lebih mengutamakan tujuan individu dan melupakan tujuan umum organisasi, sehingga menimbulkan peningkatan pada level konflik dan membawa kehancuran pada organisasi.

Seringkali bagi organisasi yang baru berdiri, menghindari konflik adalah jalan terbaik. Akan tetapi ketika konflik tersebut terjadi maka organisasi tersbut berumur pendek, dan langsung hancur. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan pengelohan konflik dalam organisasi. Para ahli & peneliti mencoba mengindetifikasi konflik yang dapat mempengaruhi kinerja :

1. Konflik tugas, yakni masing-masing individu memiliki cara pandang dan pendapat yang berbeda-beda dalam melihat tugas yang diberikan.

2. Konflik hubungan, disebabkan karena pertentangan antar individu dalam organisasi, yang mana disebabkan karena ketidak sukaan, ketegangan dan lainnya.

3. Konflik proses, adanya perbedaan pendapat dalam proses penyelesaian kerja dalam organisasi. Hal ini terjadi pada pertengahan proses berorganisasi.

Selain dari ketiga identifikasi tersebut, ada juga konflik yang dibuat secara sengaja, dalam meningkatkan efektifitas dan efesiensi kinerja organisasi. Pada konflik semacam ini, target organisasilah yang menjadi pemicu dan penyebabnya.

Faktor dan Akibat Konflik

Konflik dapat disebabkan oleh factor internal dan eksternal organisasi. Adapun beberapa factor internal penyebab konflik, antara lain : 1). Sikap saling ketergantungan dalam kerja. Jika tiap individu dalam suatu organisasi bergantung satu sama lainnya dalam menyelesaikan pekerjaan organisasi, maka peluang terjadinya konflik semakin besar. Seseroang akan menunggu dan melihat pekerjaan orang lainnya, padahal ada tugas yang harus dilakukannya. 2). Perbedaan tujuan. Jika tujuan masing-masing individu dalam organisasi berbeda dan tidak sejalan dengan tujuan umum organisasi, dan tujuan tersebut dipaksakan untuk menonjol, maka konflik dalam organisasi akan timbul. Selain itu pun jika reward terhadap masing-masing individu diberikan tidak sesuai dengan tujuan individu pun, maka membuka peluang terjadinya konflik. 3). Perbedaan persepsi, pandangan & ide pun mampu menimbulkan konflik internal organisasi. Tiap individu memiliki banyak ide, dan seringkali ide tersebut dipaksakan, sehingga bertabrakkan dengan ide individu yang lain, dan jika tidak dimanage oleh manejer maka hal tersebut menjadi konflik. 4). Perbedaan budaya. Masing-masing individu dalam organisasi memiliki kebiasaan yang berbeda-beda, jika tidak memiliki kemampuan adaptasi serta terjadi pemaksaan kebiasaan sendiri maka peluang konflik terjadi. Hal ini disebabkan karena tidak semua budaya mampu diserap, dan tidak semua budaya mampu dengan mudah beradaptasi. Sedangkan factor eksternal organisasi, adalah factor yang berasal dari lingkungan sekitar organisasi, baik itu pemerintah, masyarakat sekitar maupun pihak-pihak luar yang memiliki hubungan dengan keberadaan organisasi. Lingkungan sekitar ini mampu mempengaruhi kinerja dalam organisasi. Konflik antara organisasi dengan pihak-pihak diluarnya dapat terjadi dikarenakan komunikasi yang tidak lancer, serta adanya ketidak sesuai dalam menjalankan tujuan organisasi dalam upaya mendukung keberadaan lingkungan sekitar diluar organisasi. Organisasi seringkali tidak melihat factor lingkungan sekitar sebagai pendukung keberadaannya.

Pondy membuat model konflik organisasi (gmbr 1), yang mana berawal dari konflik kecil dalam organisasi (karena pengaruh factor-faktor kecil dalam organisasi), akan tetapi dikarenakan tidak adanya penyelesaian yang baik maka menjadi konflik besar dan meluas ke unit yang lain dalam organisasi.

Gambar 1. (model konflik organisasi oleh Pondy)

Konflik meluas kedalam organisasi. Dalam unit yang lebih besar

Sudah sangat emosional

& menyatakan yang lain musuh

Konflik tidak kelihatan, namun sudah ada. Hal ini karena factor kecil.

tahap1: Latent Conflict tahap 2 : Perceived tahap 3 : Felt Conflict
















Sumber Konflik :

1. ketidak merdekaan

2. perbedaan tujuan

3. factor birokrasi

4. kriteria performance

5. kompetisi sumber daya



tahap 5 : Conflict Aftermath tahap 4 : Manifest Conflict








Dari gambaran tersebut diatas, maka konflik tidaklah mudah untuk dikendalikan. Jika semakin tinggi efektifitas organisasi, maka peluang terjadinya konflik semakin besar. Berbagai perbedaan individu dan meningkatnya tugas didalam suatu organisasi mampu menjadi peluang terjadinya konflik itu sendiri.

Akibat dari konflik itu sendiri, mampu membuat perubahan dalam organisasi, baik itu menuju pada perubahan yang berifat positif maupun negaitf. Konflik mampu membuat perubahan pada kinerja, seperti meningkatkan keterpaduan, munculnya kepemimpinan yang otokrasi, perubahan pada fungsi structural, perubahan persepsi, stereotip dan perubahan pada komunikasi dalam organisasi. Akibat dari konflik dapat menimbulkan disfungsional, jika tidak mampu dikelolah dengan baik. Efektifitas organisasi akan berkurang seiring dengan meningkatnya level konflik. (lht gmbr 2)

Gambar 2. (Relasi anatara konflik dan efektifitas organisasi)

A Tinggi




efektifitas organisasi


Tinggi

Level Konflik Rendah

Dalam gambar tersebut, seharusnya ketika konflik sampai pada titik A pengendalian konflik harus dilakukan agar konflik tidak naik kelevel yang lebih tinggi dan menyebabkan rendahnya efektifitas organisasi. Dengan kurangnya daya analisis terhadap konflik maka organisasi akan mengalami kesenjangan dalam kinerja dan fungsinya.

Masih dalam gambar 2, konflik mampu juga menunjukkan tingginya efektifitas dalam organisasi (hal tersebut pada titik A). dalam hal ini konflik sengaja dibuat untuk meningkatkan kinerja organisasi. Tujuan organisasi dan keefektifan kinerjalah yang selalu dipergunakan oleh manejer dalam memainkan konflik. Untuk itu terjadinya konflik seringkali sarat dengan alas an politis dari sipemegang kendali konflik.

Pengelolahan Konflik

Dalam meredam serta mengendalikan konflik dibutuhkan suatu kerja yang ekstra tinggi, mengingat beresikonya kesalahan dalam pengelolahannya. Hal ini disebabkan permainan konflik menggunakan emosi, psikologis dan kompleksitas maisng-masing individu. Upaya untuk meredam konflik dapat dilakukan dengan mengelolah konflik tersebut, agar tidak memungkinkan terjadinya bias dalam organisasi. Ada beberapa bentuk pengelolahan konflik, antara lain :

1. Stimulasi konflik. Dalam satuan-satuan organisasi dimana kinerja lambat karena tingkat konflik terlalu rendah, disini konflik dikelolah untuk menaikkan kinerja organisasi.

2. Pengurangan/ penekanan konflik bila terlalu tinggi, hal tesebut dapat berakibat pada penurunan produktifitas. Karena makin meningginya konflik, menjadikan tidap individu dalam organisasi kurang produktif.

3. penyelesaian konflik, disebabkan karena keberadaan konflik menyebabkan turunnya efektifitas organisasi.

Sebelum melihat ketiga hal tersebut diatas, seorang manajer harus mampu menganalisis kearah mana konflik, sehingga menguntungkan dalam pengelolahannya. Adapun beberapa teknik pengendalian konflik :

· Pemecahan masalah; mempertemukan pihak-pihak yang berkonflik serta memecahkan lewat penerimaan semua pihak.

· Tujuan superordinat; membuat tujuan bersama sebagai alas an tertinggi dalam pencapaian suatu organisasi, dan diminta kerjasama dalam pencapaian tujuan tersebut.

· Perluasan sumber daya; jika konflik tejadi karena keterbatasan sumber daya, maka diperlukan perluasan sumber daya untuk meredam pihak-pihak yang berkonflik.

· Menghindar; menghindari konflik, karena sadar konflik dapat merusak tujuan organisasi.

· Penyama rataan; meminimalisir arti perbedaan dan menonjolkan kerjasama guna kepentingan bersama.

· Kompromi; pihak-pihak yang berkonflik saling memberi & meneriman guna menyelesaikan konflik, dan tidak memaksakan kehendak, namun menerima & memberi masukkan.

· Otoratif; adanya sikap otoriter dari pimpinan dalam memecahkan konflik, lalu hasilnya di share kepada pihak-pihak yang berkonflik.

· Mengubah variable manusia; melihat manusia sebagai sumber konflik, untuk itu memberikan pemahaman, pengertian, pelatihan dan peruabahan terhadap perilaku individu tersebut.

· Menubah variabel struktur; melihat struktur sebagai penyebab konflik, sehingga merubah struktur menjadi lebih baik. Disini perlu ada desain ulang struktur.

· Mengindetifikasi lawan konflik; melihat kelemahan lawan konflik, serta menggunakannya untuk menyerang dan menyelesaikan konflik.

· Pendelegasian; pihak-pihak yang berkonflik diberikan tanggungjawab baru yang berbeda, dalam upaya meningkatkan efektifitas organisasi.

Selain dari teknik-teknik tersebut diatas ada juga beberapa metode penyelesaian konflik yang digunakan, yakni: Dominasi & penekanan dari pihak yang berkonflik, hal ini selain untuk menyelesaikan konflik, juga bertujuan untuk melihat dominasi tertentu; kompromi, disini melakukan jalan tengah anatra kedua pihak yang berkonflik; dan metode penyelesaian integrative, yang mana memberikan beberapa tawaran bersama, guna kepentingan bersama.

Selain dari hal-hal diatas, dalam menyelesaikan konflik pun harus memperhatikan perilaku-perilaku yang sering diakukan dalam menyelesaikan konflik seperti: perundingan & kepribadian, peranan kepercayaan, dorongan & rangsangan untuk berdamai serta masih banyak lagi perilaku yang dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik. Pengelolahan konflik akan menuju kesuksesan, jika manajer konflik dan pihak-pihak yang berkonflik sadar adakn tujuan bersama. Penyelesaian konflik sangat baik dilakukan dengan menggunakan komunikasi yang baik dan penuh analisis yang matang terhadap konflik tersebut. Selain itu juga sifat individualisme harus dibuang jauh-jauh sehingga tidak menimbulkan perluasan konflik dan kesalahpahaman. Dengan kepahamanan serta sebuah rangsangan motivasi dalam menuju kebersamaan dalam organisasi akan memudahkan dalam pengendalian pihak-pihak yang berkonflik.

Konsep Kepemimpinan

Konflik tanpa manajemen adalah konflik yang tak terarah. Sedangkan manajemen konflik, dibutuhkan bebrapa sifat dalam mengendalikan konflik tersebut. Salah satu dari sifat tersebut adalah kepemimpinan. Kepemimpianan memiliki beberapa definisi dari para ahli. James Gibson menyatakan kepemimpinan adalah sebuah usaha menggunakan pengaruh untuk memotivasi individu untuk mencapai tujuan yang sama. Dan pemimpin adalah orang yang bertindak mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain bertindak mempengaruhinya. Sedangkan menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya (Stoner : 1982). Dan masih banyak lagi definisi oleh para ahli, akan tetapi dari kedua definisi tersebut memiiki kesamaan makna, yakni suatu proses saling mempengaruhi. Kepemimpinan dapat diimplikasikan kedalam 3 hal berdasarkan definisi tersebut :

· Kepemimpinan menyangkut orang lain

· Kepemimpinan menyangkut kekuasaaan

· Kepemimpinan menyangkut penggunaan pengaruh

Selain dari pada hal tersebut, sifat-sifat dari kepemimpianan pun dapat digolongkan personality, motivasi dan kemampuan. Dan apa yang ada didalam ketiga golongan tersebut adalah ketegasan, kepercayaan diri, inisiatif kecerdasan, kebijaksanaan, kebutuhan akan prestasi dalam kerja dan kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas. Hal-hal tersebut harus menjadi gaya tersendiri seorang pemimpin dalam menggerakkan organisasi.

Adapun fungsi dari kepemimpinan adalah fungsi yang berhubungan dengan tugas, pemecahan masalah dan pemeliharaan kelompok/ social. Hal tersebut merupakan fungsi umum dari kepemimpinan, dan untuk menjalankannya dibutuhkan seorang pemimpin yang directive, membawa orang pada pengharapan; supportive, mendukung bawahan; participative, bekerjasama, adil dan memperhatikan ide orang lain sebelum mengambil keputusan; achievement, melihat & terus menganalisa huna peningkatan kerja.

Pemimpin yang baik memiliki kedewasaan dalam mengelolah tanggung jawabnya. Kesiapan secara tugas dan psikologis, haruslah dimiliki dengan baik, guna efektigitas dalam kepemimpinanya. Adapun perilaku seorang pemimpin yang memiliki jiwa kepemimpianan, yakni:

· Pemimpin harus bias mendefinisikan kebutuhan peran dalam melakuakn pekerjaan dan mampu untuk memberitahukan kepada bawahannya konsep-konsep, perencanaan dan pelaksanaan tugas.

· Pemimpin memberikan kepada bawahan suatu instruksi terstruktur, berdasarkan struktur organisasi yang ada. Selain itu pun seorang pemimpin harus dapat memberikan dukungan & motivasi kepada bawahannya dalam menyelesaikkan tugas.

· Harus adanya kebersamaan baik itu dalam pengambilan keputusan maupun dalam proses penyelesaian tugas.

· Pemimpin harus memberikan perintah & pengarahan serta dukungan personal kepada bawahan, sehingga ia merasa diberikan tanggungjawab yang besar oleh pemimpinnya.

Dengan memiliki hal tersebut dan pengalaman pembelajaran seorang pemimpin telah siap membawahi bawahannya. Selain dari kemampuan yang dimiliki, seorang pemimpin pun harus memiliki kemauan sesuai dengan tujuan organisasi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dikatakan berhasil jika ia telah mampu berinterkasi dengan lingkungannya, telah mampu mengkalrifikasi garis organisasi & perannya serta mampu menyesuaikan diri dengan tiap individu dalam organisasi. Efektif serta efesiensinya kepemimpinan tersebut sangat bergantung pada pengawasan, control dan pengelolahan yang dilakukan pemimpin bersama-sama individu lain dalam organisasi.

Ada 3 jenis kepemimpinan :

1. kkepemimpinan karismatik, adalah kemampuan mempengaruhi bawahan dalam organisasi berdasarkan bakat supranatural atau kekuatannya yang menarik. Hal ini tidak dimiliki oleh semua orang, hanyalah orang-orang tertentu sajalah. Dalam jenis ini ada 2 tipe karismatik :

    • Visionary Karismatik – focus jangka panjang
    • Crisis based charismatic – focus jangka pendek

Karismatik selalu belawanan dengan status quo, dan berusaha untuk mengubah status quo tersebut. Pemimpin ini memiliki artikulasi yang kuat terhadap visi kedepan dan motivasi untuk memimpin. Dalam kepemimpinannya selalu merubah orang berbagi perubahan radikal.

2. Kepemimpinan transaksional, pemimpin mengindetifikasi apakah keinginan bawahannya dan menolongnya dalam mencapai tingkat performancenya dalm bentuk reward yang memuaskan. Disini ada transaksi antara pekerjaan dan reward. Pemimpin memotivasi bawahannya dengan memperjelas peran dan tututan tugas.

3. Kepemimpinan transformasional, adalah kemampuan untuk memberi semangat dan motivasi bawahan dalam mencapai hasil yang lebih tinggi dari perencanaan semula. Pemimpin disini memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang dindividualkan dan yang memiliki karisma. Bass dalam bukunya “Leadhership performance” (1997) mengindetifikasi 5 faktor dari pemimpin traformasional :

· Karisma, pemimpin yang mampu untuk tetap bertahan dalam mengartikulasikan visi.

· Perhatian individu, pemimpin memperhatikan kebutuhan bawahannya dan memberikan tugas yang berarti, sehingga bawahannya berkembang juga secara personality.

· Stimulasi intelektual, pemimpin menolong bawahannya kembali berpikir secara rasional untuk memeriksa situasi.

· Ketergatungan reward, pemimpin menginformasikan kepada bawahannya tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai reward yang disukainya.

· Menajemen dengan pengecualian, pemimpin membiarkan bawahannya bekerja sendiri dengan kreatifitasnya, kecuali jika tidak mencapai tujuan organisasi dalam waktu dan biaya tertentu.

Peran Kepemimpinan dalam Pengelolahan Konflik

Setelah kita lihat semuanya, dan menarik keterhubungannya. Dalam konflik dibutuhkan suatu pengelolahan konflik, yang mana bertujuan untuk mengendalikan konflik guna sesuatu yang konstruktif serta tidak bertolak belakang dengan tujuan organisasi. Namun dalam melakukan pengelolahan konflik dibutuhkan dalam sang pengelolah suatu sifat kepemimpinan, yang mana berfungsi memampukan dia dalam mengontrol konflik organisasi tersebut.

Peran kepemimpinan dalam pengelolahan konflik sangatlah pengting, karena unsure-unsur dalam kepemipinan dapat dipergunakan sebagai kekuatan penuh dalam melihat situasi internal dan eksternal konflik. Kepemimpinan merupakan kekuatan besar dalam pengelolahan, baik itu secara informal (diluar struktur dan tugas organisasi) dalam mempengaruhi orang lain, juga formal (dalam tugas & struktur orgasnisasi). Pengelolahan konflik organisasi tanpa menggunakan kepemimpinan, bagaikan seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa, akan tetapi telah disuruh untuk memimpin sepasukan perang untuk berperang dimedan perang. Ia akan mengalami kesulitan, disebabkan karena belum mengenal serta mengetahui kondisi dan situasi yang dihadapi.

Kepemimpinan mampu mengarahkan, memotivasi dan mengambil simpati para bawahan baik itu dalam menyelesaikan konflik maupun dalam pencapaian kinerja organisasi. Ketiga jenis kepemimpnan yang dijabarkan diatas adalah modal dalam mengelolah konflik yang terjadi dalam organisasi, berdasarkan tingkat konflik yang terjadi. Adapun beberapa peran dari kepemimpinan dalam konflik :

· Memperoleh seimpati dan dukungan yang kuat dari bawahan dalam mengambil keputusan.

· Dijadikan bawahan sebagai panutuan, teladan dan pahlawan dalam melakukan kerja/ kinerja organisasi. Sehingga yang dikatakan didengar dan diikuti.

· Membantu mempertimbangkan dalam pengelolahan konflik yang terjadi.

· Membuat serta meneguhkan kedudukan dengan dukungan dari bawahan.

· Menciptakan perubahan dalam kehidupan internal dan eksternal organisasi

· Kekuatan besar dalam mengendalikan konflik dan kinerja bawahan dalam organisasi.

Selain dair peran-peran tersebut diatas masih memungkinkan peran lain lagi dari kepemimpinan, hal ini berdasarkan situasi dan kondisi dimana konflik mungkin terjadi serta penyelesaiannya.

Pengelolahan konflik dan kepemimpinan adalah unsure yang tidak terpisahkan. Kepemimpinan dapat dibawah secara karisma (supranatural) ataukah dibentuk dari pengalaman serta pemahamannya tentang perilaku serta budaya organisasi. Untuk itu seorang manajer harus memiliki sifat kepemimpinan dalam mengelolah sebuah konflik, guna pencapaian efektifitas organisasi. Dalam hubungan antara konflik dengan kemampuan kepemimpinan, dapat diilustrasikan sebagai grafik yang semakin meninggi kemampuan kepemimpinannya, jika level konflik semakin meningkat. Hal ini bukan berarti jika level konflik rendah, maka kepemimpinan yang dipakai pun rendah. Tidaklah demikian, kemampuan kepemimpinan dapat diguanakan dalam seluruh level organisasi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tanpa ada pengendalian secara sadar. Jadi walaupun level konflik rendah, namunjenis transformasional pun mampu digunakan untuk membawa perubahan dalam organisasi tersebut.

Kesimpulan

Dunia semakin menglobal, demikian suatu organisasi pun dituntut untuk memenuhi criteria global walaupun secara tidak disengaja. Dengan demikian tingkat konflik pun semakin lebih tinggi dalam berbagai keperbedaan dan kebebasan global. Kebebasan ide, persepsi dan lainnya memungkinkan adanya konflik internal maupun eksternal dalam organisasi. Kemampuan pengelolahan konflik seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam tantangan globalisasi. Pengalaman dan kognitif bukanlah factor pendukung yang tepat dalam pengelolahan konflik, namun sikap kepemimpinan yang tepatlah yang menjadi kekuatan penuh seorang dalam memimpin organisasi dalam era globalisasi. Dengan gaya kepemimpinan yang disesuaikan degan situasi serta kondisi konflik, memampukan pengendalaian yang lebih baik dalam menunjang kinerja dan tujuan organisasi. Peran kepemimpinan dalam manajemen konflik saja mampu menyelesaikan konflik, namun dapat menjadikan pemimpin sebagai panutan dan diteladani oleh bawahan. Jadi bukan saja arah dari konflik yang dibawah ketujuan positif, namun juga efektifitas dan efesiensi perputaran organisasi akan tampak melalui kepemipinan seseorang.