Jumat, 23 November 2007

Infrastruktur bagi perusahaan digital : Teknologi Informatika dalam Perusahaan E-Bisnis

ABSTRAKSI

Era globalisasi menuntut setiap perusahaan untuk bergerak cepat dalam menerima dan menditribusikan informasi. Hal ini disebabkan pentingnya informasi bagi perkembangan dan pertumbuhan perusahaan. Keberadaan perusahaan dalam era yang bergerak cepat, bukan mematikan perusahaan tersebut, akan tetapi menciptakan serta membuat perusahaan tersebut harus mampu melakukan inovasi secara kontinyu. Dewasa ini banyak perusahaan mengembangkan bisnisnya dengan menggunakan medium elektro magnetic sebagai media dalam membagi informasi serta mengefektifkan kinerja perusahaan. Teknologi informasi yang digunakan dalam perusahaan membuat perusahaan tersebut dapat berkembang dan bersaing dengan competitor lain dalam dunia bisnis sekarang. E-bisnis adalah jalan yang efektif dan efesien dalam menjalankan bisnis yang semakin cepat dan peningkatan perubahan. E-bisnis menjadi salah satu media dalam penggunaan teknologi informatika dalam perusahaan, yang mana mampu meningkatkan out-put yang diinginkan perusahaan.

PENDAHULUAN

Ada sebuah hasil riset yang cukup menarik dari para peneliti di Amerika Serikat yang melakukan studi dikurang lebih 50 perusahaan yang berhasil memanfaatkan teknologi informasi sebagai senjata utama dalam Persaingan. Dari serangkaian pertanyaan yang diajukan dalam survey, ada tiga jenis asset terpenting yang harus diperhatikan jika perusahaan benar-benar serius ingin menjadikan teknologi informasi sebagai modal persaingan. Fokus dari riset ini adalah untuk mencari asset utama agar keunggulan kompetitif karena faktor teknologi informasi dapat dinikmati perusahaan untuk jangka panjang. Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya fenomena dalam dunia industri dimana keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi hanya berlangsung sesaat, hal ini karena mudahnya teknologi serupa diikuti perusahaan pesaing (easy to imitate)

Goodhue berhasil menemukan ketiga kunci utama tersebut dan menamakannya sebagai tiga Aset Teknologi Informasi (The Three I/T Assets): Sumber Daya Manusia, Teknologi, dan Relasi.[1]

Dengan melihat hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa kebutuhan tida asset tersebut dalam perusahaan sangatlah penting dalam menumbuh kembangkan out put yang diinginkan oleh perusahaan. Kemampuan SDM, teknologi dan relasi menjadikan suatu sistim dalam perusahaan berubah, guna pencampaian hasil yang maksimal. E-bisnis adalah salah satu dari modifikasi ketiga asset tersebut.

Disini penulis akan mencoba melihat peran dari e-bisnis dalam perusahaan, serta dampak yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi bagi perusahaan yang menggunakan e-bisnis dalam pengelolahannya. E-bisnis adalah sebuah model pertukaran informasi, yang mana dengan menggunakan kemampuan tanpa ada batas (ruang dan waktu). Dari manapun serta kapan pun setiap anggota dalam perusahaan mampu untuk melakukan bisnis serta pekerjaan perusahaan secara bertanggung jawab dan dengan kemampuan individu yang baik (dikarenakan kemampuan menggunakan teknologi informatika). Penulis ingin menjabarkan e-bisnis dalam perusahaan, serta faktro-faktor didalamnya.

PERUBAHAN BISNIS KEDUNIA MAYA

Keberadaan dunia maya memiliki arti yang berbeda untuk masing-masing perusahaan, terutama yang masih menggunakan paradigma lama dalam berbisnis (konvensional). Banyak perusahaan yang sangat hati-hati dalam menanggapi fenomena ini dan tidak mau terburu-buru untuk segera melakukan tindakan reaktif terhadap tawaran-tawaran kemudahan yang disediakan oleh internet. Dibandingkan dengan negara-negara maju yang berani untuk melakukan suatu tindakan revolusioner untuk sama sekali mengubah cara berbisnis, karena berbagai alasan negara-negara berkembang semacam Indonesia lebih senang menggunakan pendekatan evolusi. Alasannya adalah selain agar resiko yang dipertaruhkan lebih kecil, perusahaan ingin meyakinkan diri agar tahapan pengembangan business konvensional ke arah e-business benar-benar dapat memberikan value kepada pelanggan.

Ada beberapa tahapan evolusi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pijakan, yaitu masing-masing:[2]

1. Perusahaan konvensional yang ingin memanfaatkan internet dapat memulai dengan mempergunakan teknologi informasi sebagai kanal tambahan dan/atau alternatif dalam menghubungkan perusahaan dengan para pelangganya.

2. Perusahaan didirikan karena adanya suatu permintaan pelanggan dan pasar terhadap produk atau jasa tertentu. Dengan sumber daya yang ada, perusahaan akan berusaha untuk mengubah berbagai bahan mentah yang ada sebagai input untuk menjadi output berupa produk yang diinginkan pelanggan.

3. Transformasi industri terjadi sebagai hasil dari perusahaan yang telah menyadari benar kekuatannya dan dapat memanfaatkan peluang e-business yang ditawarkan oleh internet dan dunia maya. Tidak sedikit perusahaan yang pada akhirnya harus “banting stir” atau berganti bisnis inti-nya (core business) setelah melihat kekuatan utama yang dimilikinya (core competencies) dan tingginya kompetisi di industri terkait.

4. Konvergensi antara lebih dari satu industri terjadi karena dengan adanya internet, perusahaan dapat secara mudah berkolaborasi dan berkooperasi untuk menciptakan produk-produk baru yang tidak mungkin dapat diciptakan tanpa adanya kerja sama tersebut.

ELEMEN-ELEMEN APLIKASI BUSINESS INTELLIGENCE

Business Intelligence (BI) merupakan perkembangan dari aplikasi pengetahuan management, dengan menambahkan proses data analytics, yaitu dengan memanfaatkan data yang ada untuk menghasilkan suatu informasi baru yang bermanfaat. Aplikasi BI memberikan informasi yang personal, yaitu dengan melakukan proses pengumpulan, pengaturan dan penyebaran informasi secara personal. Aplikasi BI menggunakan teknologi e-bussines untuk menghubungkan data warehousing dengan perangkat client yang sederhana (seperti mobile device).

Agar BI dapat berfungsi dengan baik. Maka diperlukan kerangka terintegrasi dengan beberapa kelas dari aplikasi berbasis pengetahuan (KM). Sehingga perlu diadaptasi beberpa elemen dari KM, diantaranya:

a. Pengorganisasian dan pengumpulan data/ content

Data-data tentang pelanggan, mitra dan pemasok disimpan pada beberapa tempat di dalam perusahaan. Dibutuhkan suatu pandangan yang terintegrasi untuk memungkinkan perusahaan mengetahui dan merespon seakurat mungkin terhadap pelanggannya. Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan integrasi data:

a) Scalability, yaitu ukuran basisdata (storage’s space) yang disediakan perusahaan harus mampu menampung informasi customer-centric yang dapat mencapai beberapa gigabyte per-hari.

b)Flexibility, yaitu kemampuan untuk mengakomodasi bermacam-macam data model dan arsitektur basisdata dan memungkinkan integrasi dengan sistem informasi back-end lainnya.

c) Performance, yaitu kemampuan untuk menangani query-query dengan cepat dan akurat. Elemen teknis yang mendukung proses ini adalah data warehousing, yang penjelasannya akan dibahas kemudian.

b. Analisis dan segmentasi

Tools untuk data mining terdapat pada aplikasi ini, tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai, mempertahankan pelanggan dan menemukan jalur pendapatan perusahaan yang baru. Proses mining ini dimulai dengan membangun gambaran lebih jelas tentang kelakuan pelanggan. Tanpa tool analisis tersebut, maka usaha menyimpan informasi customercentric yang sangat besar tersebut menjadi sia-sia. Namun, proses menganalisis tersebut tidak sederhana meskipun data telah tercentralized, karena merupakan usaha yang berat untuk mengubah informasi tersebut menjadi pengetahuan yang menghasilkan keuntungan dan menjalin hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Elemen teknis yang dimanfaatkan untuk proses ini adalah data mining dengan tools OLAP (online analyticals processing).

c. Personalisasi yang real-time

Kemampuan personalisasi dari perusahaan memungkinkan perusahaan memahami dan merespon setiap kebutuhan, kelakuan dan perhatian pelanggan untuk meyakinkan bahwa pelanggan tersebut mendapatkan kebutuhannya. Aplikasi pendukung personalisasi memungkinkan pembuatan produk/ layanan yang customized dengan meminimalkan biaya marginal dari personalisasi tersebut. Beberapa tahapan (siklus) personalisasi:

a) Profiling (menunjukkan produk yang ditawarkan dan menanyakan kebutuhan pelanggan).

b) Matching (memberikan kebutuhan pelanggan dan menyesuaikan data dengan kebutuhan pelanggan)

c) Transacting (kebebasan untuk self-service dan memudahkan transaksi)

d) Listen (fasilitasi tanggapan pelanggan dan mengukur keefektifan).

Kemampuan yang disediakan aplikasi personalisasi, antara lain:

i. Menyediakan pelanggan dengan halaman web yang personal yang memungkinkan pelanggan untuk berinteraksi, bertransaksi dan kolaborasi dengan perusahaan.

ii. Menampilkan informasi yang diinginkan pelanggan secara personal.

iii. Secara aktif memberitahukan pelanggan atas improvement dan upgrade terhadap produk yang relevan dengannya.

iv. Menyatukan informasi dan memberikan rekomendasi berdasarkan kecenderungan pelanggan.

v. Mengirimkan informasi yang relevan terhadap produk yang dimiliki pelanggan.

d. Penyebaran, pengambilan dan interaksi terhadap informasi

Infrastruktur untuk proses interaksi dan pengiriman/penerimaan informasi adalah dengan pelanggan menggunakan media yang dipilih oleh pelanggan tersebut. Meskipun penggunaan WWW sudah umum, namun strategi KM yang baik adalah dengan menjangkau semua media yang digunakan pelanggannya, baik telephone, WAP, TV ataupun e-mail.

e. Pemantauan dan pengukuran kinerja sistem

Aplikasi pemantauan kinerja sistem ini menyediakan informasi yang dibutuhkan manajer untuk meningkatkan operasi dan strategi. Dengan menggunakan key performace indicator (KPI) yang dihubungkan dengan balaced scorecard, perusahaan dapat secara bekelanjutan memantau kinerja proses terhadap target dari strateginya. Sistem pemantauan yang efektif adalah yang mampu membuat strategi menjadi tindakan.

PELUANG E-BISNIS DI INDONESIA

Peristiwa “crash”-nya perusahaan-perusahaan berbasis internet) pada kuartal pertama tahun 2000 dan krisis ekonomi dunia belakangan ini yang telah berpengaruh terhadap turunnya semarak industri teknologi

informasi mendatangkan pertanyaan di kalangan praktisi manajemen mengenai prospek konsep e-business di tanah air. Cara termudah mereka-reka prospek eBusiness di masa mendatang adalah dengan cara melakukan analisa trend yang terjadi di lingkungan masyarakat bisnis di Indonesia. Walaupun secara umum trend yang terjadi terkait erat dengan kecenderungan perkembangan e-business pada negara-negara lain di dunia, namun ada beberapa aspek yang unik terjadi di negara berkembang semacam Indonesia.[3] Melalui berbagai kajian terhadap perkembangan e-business yang terjadi sepanjang 5 tahun terakhir, dapat disimpulkan berbagai kecenderungan yang dapat menggambarkan paling tidak 10 prospek e-business di Indonesia.

v e-business Type

Dilihat dari jenis e-business, nampaknya perkembangan pemakaian alat-alat elektronik dan digital sebagai medium komunikasi dan relasi bisnis jauh lebih cepat dibandingkan dengan penggunaan cara yang sama untuk melakukan perdagangan atau transaksi jual beli. Berdasarkan fenomena ini, prospek atau peluang bisnis nampak bagi perusahaan-perusahaan yang dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengimplementasikan berbagai jenis komunikasi dan kolaborasi, Sebutlah misalnya konsep backoffice semacam e-Procurement, e-Supply Chain, ERP, dan lain sebagainya yang pada prinsipnya dipergunakan perusahaan untuk meningkatkan kualitas komunikasi antara divisi maupun antara perusahaan dengan mitra bisnisnya.

v Community

Berdasarkan pengalaman, agaknya lebih mudah menciptakan kebutuhan kepada kalangan generasi muda, dibandingkan dengan usaha untuk merubah pola hidup para generasi dewasa dan tua untuk mulai menggunakan berbagai teknologi informasi berbasis internet. Dengan kata lain, sukses terbesar lebih mudah diperoleh bagi mereka yang berkonsentrasi pada e-business untuk menciptakan produk atau jasa yang dapat dijual kepada kalangan baru ini, karena teknologi informasi telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari hidup mereka. Jika perusahaan tetap ingin mencoba untuk menjual produk atau jasa kepada pasar lama, maka harus mencoba menggunakan medium teknologi konvensional untuk menjualnya.

v Content

Dengan adanya internet, ternyata yang paling banyak mengeruk keuntungan secara finansial bukanlah para pengguna individual, melainkan sejumlah perusahaan yang membutuhkan berbagai informasi yang tersedia di internet sebagai bahan baku langsung maupun tidak langsung terhadap produk atau jasa yang diciptakan perusahaan tersebut. Contohnya adalah menjamurnya berbagai koran-koran yang terbit di daerah-daerah di tanah air, yang sebagian besar beritanya ternyata diambil dari informasi yang didapat oleh para wartawannya melalui internet. Content yang dijual tersebut dapat diperjual-belikan dalam bentuk data mentah, maupun yang telah diolah menjadi informasi dan knowledge yang memiliki value atau nilai tinggi.

v Technology Devices

Lambat laun, teknologi berkomunikasi digital melalui PC akan ditinggalkan karena peralatan tersebut dinilai cukup sulit untuk dipelajari dan digunakan oleh kaum awam. Sebagai penggantinya, sejumlah teknologi pervasive computing akan secara luas dipasarkan.

v Access Channels

Berkembangnya teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi) semacam internet dan website menawarkan berbagai keuntungan bagi perusahaan yang berniat mengimplementasikan kanal akses tersebut. Dengan mempertimbangkan bahwa teknologi tersebut masih tergolong baru dikenal di negara berkembang, maka perusahaan cenderung memperlakukan teknologi tersebut sebagai media alternatif dalam berkomunikasi (internal maupun eksternal) disamping media konvensional lain yang masih efektif dipergunakan. Jika pada akhirnya

mereka yang berkepentingan secara perlahan-lahan beralih mempergunakan teknologi yang baru, maka perusahaan akan secara gradual mulai meninggalkan media konvensional yang cenderung lebih lambat dan mahal.

v Regulation

Dengan berpegang pada prinsip bahwa eBusiness berkaitan erat dengan serangkaian aktivitas pencarian laba finansial, maka pemerintah Indonesia akan mengikuti negara-negara maju lainnya dalam menerapkan prinsip-prinsip pengaturan (regulasi) e-business yang kondusif. Seperti yang terjadi di Indonesia, e-business akan sepenuhnya menjadi tanggung jawab para pelaku bisnis yang mayoritas dipegang oleh industri swasta. Karena mekanisme peraturan akan sangat bergantung dan ditentukan oleh mayoritas pelaku bisnis, maka perusahaan-perusahaan yang sejauh ini bergantung pada perlindungan pemerintah harus mulai merubah strateginya. Dalam sebuah arena dimana peraturan akan ditentukan oleh pasar, maka peluang sukses terbesar hanya akan dimiliki oleh perusahaan-perusahaan e-business yang benar-benar memiliki keuggulan kompetitif (competitive advantage) dibandingkan dengan para pesaingnya.

v Organization

Kajian yang mendalam terhadap fenomena e-business di tanah air memperlihatkan bahwa tantangan implementasi konsep baru ini lebih dikarenakan alasan-alasan sosiologis dibandingkan dengan aspek teknologinya. Artinya, faktor-faktor budaya, pendidikan, sosial, dan perilaku memegang peranan penting yang menentukan sukses tidaknya sosialisasi penggunaan teknologi informasi di dalam perusahaan. Dengan berpegang pada prinsip “old habit is hard to die” dan “people are hard to change”, maka aspek manajemen perubahan (change management) harus benar-benar diperhatikan pelaksanaannya. Kenyataan ini sebenarnya merupakan prospek e-business yang sangat besar untuk digarap, karena terbukti bahwa mereka yang mampu membantu perusahaan untuk dapat secara efektif bertransformasi ke konsep e-business akan dipercaya oleh manajemen dalam mengembangkan konsep

tersebut di perusahaannya. Artinya, peluang besar akan diperoleh oleh perusahaan yang memiliki pendekatan dan metodologi e-business yang sesuai dengan tantangan sosiologis yang terdapat pada perusahaan-perusahaan tradisional.

v Change Strategy

Transformasi dari model bisnis konvensional menuju eBusiness adalah permasalahan metodologi perubahan. Perusahaan-perusahaan di negara-negara berkembang, karena alasan budaya dan aspek-aspek lainnya, lebih memilih metode evolusi dibandingkan dengan revolusi dalam mengimplementasikan perubahan tersebut. Yang menjadi pertimbangan utama tidak saja dari segi efektif tidaknya penerapan konsep baru di dalam organisasi, namun lebih jauh berkaitan dengan besar-kecilnya resiko yang harus dihadapi perusahaan dalam masa transisi tersebut. Hal ini berarti merupakan prospek besar bagi mereka yang memiliki metode penerapan e-business secara bertahap, terbukti efektif, dan memiliki resiko kegagalan yang kecil.

v Business Process

Dari sekian banyak perusahaan e-business yang berkembang di tanah air, terbukti bahwa perusahaan yang sukses ternyata diraih oleh mereka yang mampu mengawinkan konsep traditional physical value chain (rangkaian proses bisnis konvensional) dengan virtual value chain (rangkaian proses bisnis virtual). Di mata pelanggan e-business, ada tiga alur yang sangat penting, yaitu alur produk atau barang yang dibeli, alur informasi dokumen jual-beli, dan alur pembayaran transaksi. Dapat dilihat di sini bahwa alur produk atau barang biasanya ditangani oleh rangkaian proses bisnis konvensional, sementara untuk alur informasi dan pembayaran ditangani secara virtual (melalui internet). Untuk dapat sukses, perusahaan harus handal dalam menangani ketiga alur entity tersebut.

v System Approach

Aspek terakhir yang tidak kalah pentingnya untuk dipertimbangkan adalah kenyataan bahwa e-business baru dapat berkembang jika komponen-komponen lain dalam lingkungan sistem e-business turut tumbuh dan berkembang secara serentak. Apalah artinya sebuah komunitas internet yang besar dan kebutuhan transaksi e-commerce yang

tinggi misalnya, namun tidak dibarengi dengan kesiapan infrastruktur, ketersediaan hukum, dan jaminan keamanan yang memadai bagi para pelaku e-business. Dengan kata lain, kesempatan berbisnis masih terbuka lebar bagi mereka yang dapat menutupi kepincangan-kepincangan perkembangan sistem e-business secara keseluruhan ini, terutama yang menyangkut mengenai infrastruktur dan suprastruktur e-business di Indonesia.

KESIMPULAN

Fenomena dalam dunia industri dimana keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan yang memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi hanya berlangsung sesaat dan sangat cepat mengalami perubahan. Hal ini menyebabkan perkembangan bisnis kedunia maya semakin besar, dengan menggunakan teknologi. Keberadaan dunia maya memiliki arti yang berbeda untuk masing-masing perusahaan, terutama yang masih menggunakan paradigma lama dalam berbisnis.

Bisnis inteligensi memainkan peranan penting dalam melahirkan sebuah fenomena baru dalam dunia bisnis. Dengan memperhatikan berbagai aspek inteligensi memungkinkan perkembangan teknologi memainkan peranan penting dalam kompetisi perusahaan. Dan dengan menangkap peluang bisnis yang cepat dalam dunia e-bisnis memungkinkan bisnis di Indonesia akan semakin hidup dengan perkembangan yang pesat, dikarenakan kebutuhan serta peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan teknologi yang mana semakin digemari oleh masyrakat di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Web Site :

  1. http://www.apjii.or.id
  2. http://students.if.itb.ac.id/
  3. http://www.sdti.co.id/
  4. http://www.itb.ac.id/focus/
  5. http://www.lmfeui.comuploadsfile29-XXXI-September-2002.PDF
  6. http://bebas.vlsm.org/
  7. http://jazi.staff.ugm.ac.id/
  8. http://www.iiwas.org/

Pustaka :

  1. Gareth R. Jones, “Organization theory, design and change”, fourth edition, Pearson Education International, New Jersey – 2004
  2. Gibson; Ivancevich; Donnely; Konopaske, “Organization : Behaivour structure processes” elevent edition, Mc Grew-Hill Hinger Education, USA – 2003
  3. Kenneth C. Laudon & Jane P. Laudon, “Sistem Informasi Manajemen : mengelolah Perusahaan Digital”, (diterjemahkan oleh: Erwin Philippus), Andi, Yogyakarta - 2004



[1]http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/AssetUtamaTeknologiInformasi.

[2] http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/EvolusiEBusiness.

[3]http://www.apjii.or.id/eko_indrajit/PDF%20COLLECTIONS/10ProspekEBusinessIndonesia.

Tidak ada komentar: